INSTIPER Yogyakarta Menyelenggarakan Diskursus untuk Mempelajari Pemanfaatan Landscape di Kabupaten Gunung Kidul

Pada 13-14 Maret 2023, INSTIPER Yogyakarta melalui INSTIPER International Affair (IIA) melaksanakan kegiatan Diskursus dengan tema “Crafting the Future by Sustainable Landscape Management”. Kegiatan diskursus ini diikuti oleh 40 orang mahasiswa Philipps University at Marburg Jerman dan 20 orang mahasiswa INSTIPER Yogyakarta.  
Bapak Agus Setyarso selaku koordinator Diskursus menjelaskan, "Diskursus adalah suatu bentuk pembelajaran di luar kelas untuk mahasiswa. Pada kegiatan diskursus ini, INSTIPER Yogyakarta mengajak mahasiswa Phillips University dan mahasiswa INSTIPER untuk mengikuti pembelajatan tentang pemanfaatan landsekap yang berkelanjutan. Pada kegiatan ini terdapat beberapa tempat yang dijadikan lokasi pembelajaran yaitu hutan rakyat warga Terong, tegalan untuk tanaman pangan, UMKM industri mebel, hutan kayu putih, Taman Madubronto, dan pabrik minyak kayu putih.
Pembelajaran yang pertama diawali dengan melihat pemanfaatan lahan tegalan untuk menanam aneka tanaman pangan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Rubikem, anggota petani hutan di kecamatan Terong, "Sebagai petani kehutanan tidak hanya menanam tanaman hutan saja, tapi juga perlu mampu mengoptimalkan lahan di sekitar area hutan untuk menanam tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari".
"Kami memanfaatkan tanah milik desa untuk menanam tanaman semusim seperti singkong, kacang panjang, dan kacang tanah. Pemilihan tanaman semusim karena area Desa Terong merupakan area pertanian tadah hujan yang hanya memgandalkan air hujan untuk sumber airnya. Kami juga menjalankan pertanian organik dengan memanfaatkan pupuk kandang dan tidak menggunakan insektisida dan herbisida kimia untuk pengendalian gulma dan hama", jelas Ibu Rubikem.
Kegiatan dilanjutkan dengan mempelajari hutan rakyat yang dibudidayakan masyarakat warga Terong dilakukan  sejak tahun 2010. Hutan rakyat tersebut diinisiasi oleh kesadaran masyarakat dengan didampingi oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Di Desa Terong terdapat lebih dari 100 orang yang tergabung dalam petani hutan Jasema. Hutan rakyat merupakan upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman pemanasan global dan sebagai upaya konservasi ekosistem, serta untuk menyediakan kayu sebagai bahan baku industri mebel yang banyak di Desa Terong.
Hutan rakyat yang ada dibudidayakan dengan konsep agroforestry yang terdiri dari berbagai jenis tanaman hutan, selain itu disela-sela tanaman hutan juga digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman pangan dan empon-empon.
Desa Terong juga terkenal sebagai wilayah yang memiliki banyak UMKM perajin mebel kayu. Pada diskursus ini, mahasiswa juga diajak untuk mempelajari pengolahan kayu hasil hutan rakyat yang dijadikan berbagai produk mebel. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu sonokeling, jati, dan mahoni.
Selanjutnya mahasiswa diajak untuk mempelajari hutan kayu putih yang ada di area KPH Yogyakarta Resort Kepek. Dengan ditemani oleh Kepala Resort Kepek, Bapak Wargiyanto, mahasiswa dapat melihat secara langsung pengelolaan lansekap dalam skala luas yang juga melibatkan masyarakat sekitar. Di hutan kayu putih mahasiswa dapat mencoba membaui bau khas kayu putih dengan menyobek atau menggosok daunnya.
Pengelolaan hutan kayu putih di KPH Resort Kepek, tidak hanya digunakan untuk menanam tanaman kayu putih saja. Wargiyanto menjelaskan, “Untuk pengelolaan landsekap ekonomi, budaya, dan sosial di dalam area KPH didirikan ekowisata Taman Madubronto. Di area Taman Madubronto ini dilengkapi dengan aula berbentuk limasan yang dapat digunakan untuk wisata atau kegiatan pertemuan warga setempat, pasar desa, budidaya lebah madu, dan taman kelinci. Dengan demikian area landsekap ini dapat memberikan manfaat lebih bagi masyarakat setempat”.
Bertempat di aula Taman Madubronto, Bapak Agus Setyarso memberikan paparan tentang lansekap dan pemanfaatan lahan di area KPH Resort Kepek, Gunung Kidul. Pengeolaan hutan di area KPH dilakukan secara berkelanjutan. Sebagain besar area di Kabupaten Gunung Kidul memiliki area berbukit dan memiliki geologi karst dan pada beberapa daerah terdapat sungai bawah tanah. Dengan potensi alam yang luar biasa Gunung Kidul merupakan menjadi salah satu tujuan wisata utama di Yogyakarta. 
Agus Setyarso menjelaskan, “Salah satu kunci keberhasilan dalam pengelolaan Kawasan hutan di Gunung Kidul adalah dengan melakukan komunikasi dan melibatkan masyarakat setempat untuk berpartispasi aktif dalam pengelolaan area Kawasan hutan. Masyarakat juga diberi kesempat untuk menanam jenis tanaman pangan di antara pohon kayu putih melalui sistem tumpang sari. Dengan demikian area hutan masih bisa lestari sampai saat ini”.
Di penghujung diskursus ini, mahasiswa diajak untuk mempelajari pengolahan minyak kayu putih di pabrik Sendang Mule. Minyak kayu putih merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang banyak digunakan oleh masyarakat. Dengan didampingi manager pabrik, Bapak Rosidi, mahasiswa diajak mengunjungi pabrik kayu putih dengan kapasitas 6 ton per hari. Bapak Rosidi menyampaikan, "Pengolahan minyak kayu putih dilakukan dengan melakukan penyulingan daun kayu putih. 
Acara hari kedua diskursus ini dilanjutkan dengan webinar dengan judul Crafting the Future by Sustainable Landscape Management. Pada webinar tersebut Dr. Ir. Harsawardana, M.Eng., selaku Rektor INSTIPER Yogyakarta berkesempatan menyambut tamu mahasiswa dari Phillips University dan memberikan paparan tentang industri kelapa sawit sebagai industri nergi berkelanjutan. Dr. Markus Hassler, Dosen Phillips University Jerman memberikan paparan tentang perkembangan industri kedelai dunia. Dr. Ir. Agus Setarso, M.Sc. memberikan paparan tentang industri kopi di Indonesia. Kopi juga merupakan salah satu komoditas perkebunan dari Indonesia yang diekspor ke luar negeri. Paparan keempat disampaikan oleh Dr. Jean Marc Roda selaku Direktur CIRAD untuk Asia Tenggara memberikan paparan tentang ekonomi sirkular dan implikasinya terhadap bidang kehutanan dan produksi kayu.
Pada sesi akhir Dr. Markus Hassler dari Phillips University Jerman sempat memberikan tanggapan positif dari paparan yang disampaikan oleh Dr. Harsawardana, “Kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati yang paling produktif di dunia dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak kedelai, zaitun, dan minyak nabati lain. Tingginya produktifitas tersebut dapat dilihat dari segi luasan lahan yang digunakan untuk budidaya, hasil yang diperoleh, hingga rendemen yang dihasilkan”.
INSTIPER Yogyakarta sendiri telah diakui secara nasional sebagai perguruan tinggi terbaik yang telah mencetak SDM di bidang industri kelapa sawit baik di kebun maupun pabrik kelapa sawit.