INSTIPER melalui Pusat Studi Lanskap Berkelanjutan Sukses Selenggarakan Kegiatan Summer Course 2024 dengan tema “Smart Agroforestry Approach”

Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) melalui Pusat Studi Lanskap Berkelanjutan bersama CIRAD dan Suistainitiate menyelenggarakan kegiatan Summer Course yang diselenggarakan pada tanggal 25-29 Juni 2024 dengan mengambil tema “Smart Agroforestry Approach”. Kegiatan tersebut diikuti oleh dosen, peneliti dan praktisi dan mahasiswa dari Malaysia, Vietnam, Filipina dan Indonesia.

Ketua Panitia Summer Course M Darul Falah dalam keterangannya Kamis, mengatakan kegiatan yang diselenggarakan di Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul ini sebelumnya sudah dibuka oleh wakil rektor IV pada tanggal 25 Juni di kampus INSTIPER, yang dilanjutkan pada tanggal 26 Juni dibuka oleh Bupati Gunungkidul di Kapanewon Tanjungsari dan akan ditutup pada tanggal 29 Juni di kampus INSTIPER. Kegiatan ini diadakan guna memperdalam pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dalam pengelolaan lanskap berkelanjutan di wilayah Kabupaten Gunung Kidul.

"Summer Course ini sekaligus menjadi bagian dari promosi perkembangan pembangunan dan kehidupan masyarakat cerdas, yang diharapkan dapat diterapkan dan diperkaya skemanya di daerah lain di Indonesia maupun di Asia Tenggara," katanya.

Dia mengatakan, Kabupaten Gunung Kidul, DIY yang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan karst yang rentan. Akan tetapi, memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologis, guna menyangga sistem kehidupan masyarakat.

Menurut dia, selain pemanfaatan sumberdaya berbasis lahan di dalam kelompok pertanian-kehutanan (agroforestry), inisiatif wisata ramah lingkungan juga mulai pesat dikembangkan di Gunung Kidul dan mendapat respon yang sangat baik dari warga DIY dan sekitarnya.
Untuk mensukseskan acara Summer Course tersebut, menghadirkan beberapa narasumber hebat di bidangnya. Pada hari pertama materi I membahas Introduction to sustainable landscape management, dengan menghadirkan narasumber; Direktur Pusat Studi Lanskap Berkelanjutan, Dr. Agus Setyarso, materi II membahas Introduction to Smart Agroforestry, dengan menghadirkan narasumber; dosen Fakultas Kehutanan INSTIPER, Prof. Dr. Ir. M. Sambas Sabarnurdin, M.Sc, materi III membahas Introduction to Landscape management from watershed and karst ecosystems, dengan menghadirkan narasumber; Guru Besar UNPAD, Prof. Ir. Chay Asdak, MSc., Ph.D, materi IV membahas History of Bribin Landscape restoration and management, dengan menghadirkan narasumber; Kepala DLH GK, Antonius Hary Sukmono, S.T,. Pada hari kadua dilakukan kunjungan lapangan ke Lanskap Ekosistem Karst yang di naratori oleh Prof. Ir. Chay Asdak, MSc. Pada hari ketiga sesi pagi dilakukan kunjungan observasi dan diskusi tentang Smart Agroforestry di UMKM Pathilo dan Inovasi LELAKI SINTAL yang di naratori oleh Agung Nugroho selaku pegiat lingkungan Gunungkidul. Sesi siang dilanjutkan dengan materi I Concepts of smart agroforestry - Green Finance for Agroforestry, dengan menghadirkan narasumber; Dr. Budi Wardana, materi II Concepts of smart agroforestry - Value Chain Analysis menghadirkan narasumber; Centre de cooperation Internationale en Recherche. Agronomique pur le Development (CIRAD), Tierry Tran. Hari berikutnya dilakukan kegiatan kerja kelompok Planning preparation on landscape restoration, dan dilanjutkan dengan materi Planning system for Sustainable Landscape dan Generating landscape restoration initiative and activity plan oleh Dr. Agus Setyarso. Dihari terakhir sebelum acara penutupan diadakan uji kompetensi manajemen lanskap berkelanjutan – perencana restorasi lanskap bagi semua peserta kegiatan Summer Course. 

Dr. Agus Setyarso, selaku Direktur Pusat Studi Lanskap Berkelanjutan INSTIPER menyampaikan  lanskap berfungsi sebagai unit yang memproduksi barang dan memberikan jasa bagi perekonomian, serta menyediakan sistem pendukung yang diperlukan.
Hal ini berarti perekonomian dan sistem pendukungnya merupakan pasangan dan saling terkait satu sama lain. Banyak yang menganut aliran pemikiran bahwa ekonomi adalah prioritas utama dan lingkungan hidup diposisikan sebagai penghambat dan bereaksi ketika hal tersebut terlampaui," katanya.

Dia mengatakan, hal ini untuk menyatakan bahwa sudah waktunya untuk mengubah pola pikir. Pendekatan ekonomi harus diarahkan kembali. Sebaliknya, sudah waktunya untuk memberikan ruang yang cukup bagi lingkungan untuk hidup.

"Kita memerlukan lingkungan yang berkelanjutan agar ekonomi berkelanjutan dapat berjalan," pungkasnya.